Selasa, 25 Juni 2013

PERKEMBANGAN SIYASAH MASA KERAJAAN SAFAWI

I.    PENDAHULUAN
Membahas sejarah sebuah bangsa tidak akan dapat lepas dari bahasan tentang perkembangan politiknya. Karena dengan pengakuan politik sebuah bangsa atau peradapan dapat diakui keberadaanya. Perkembangan politik suatu bangsa juga menjadi faktor penentu kemajuan peradaban bangsa itu sendiri.
Dalam kebudayaan Islam, masyhur kita dengar tentang Dinasti Umayah, Abasiyah serta Fatimiyah. Selain kerajaan-kerajaan tersebut masih adalagi kerajaan Turki Usmani, Mongol dan Safawi. Tiga kerajaan yang berkembang pada abad pertengahan dan sangat mempunyai pengaruh pada peradaban Islam. Masing-masing dinasti pada masa tersebut mempunyai sejarah yang panjang dalam mencapai kejayaan. Dan dalam makalah ini akan dibahas tentang kerajaan Safawi yang berkuasa di Persia.
II.    PEMBAHASAN
A.    Sejarah Dan Sistem Pemerintahan Kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi berdiri ketika kerajaan Usmani mencapai puncak kejayaan. Secara tegas kerajaan ini menyatakan syiah sebagai mazhab Negara. Oleh karena itu kerajaan ini dianggap sebagai cikal bakal terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Sistem pergantian pemimpin pada kerajaan ini adalah turun temurun.
Kerajaan Safawi berasal dari gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberinama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Nama safawiyah diambil dari nama pendirinya Safiudin (1252-1334 M) dan nama Safawi terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama ini terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan .
Safiuddin berasal dari keturunan orang yang mengambil sufi sebagai jalan hidup. Ia keturunan dari imam Syiah yang keenam, Musa Al-Kazhim. Safiuddin mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru yang sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. ia diambil menantu oleh sang guru karena ketekunannya dalam kehidupan tasawuf. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajarannya. Semula tarekat ini hanya bertujuan memerangi orang-orang ingkar dan dan memerangi golongan ahli bid’ah. Pengaruh tarekat ini sangat luas bahkan dapat menyebar sampai seluruh wilayah Persia, Syiria dan Anatolia. Untuk mengatur pengikut tarekat safawi dilluar Ardabil, Safiuddin mengangkat muridnya menjadi wakil yang disebut dengan khalifah.
Ajaran Syiah tarekat Safawi dipegang secara fanatic oleh murid-murid Safiuddin hingga menimbulkan dorongan kuat bagi tarekat ini untuk berkuasa. Karena itu murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatik dan, menentang setiap orang yang bermazhab selain Syi’ah.
Ketika tarekat ini berada dibawah pimpinan Junaid (1447-1460), ia mulai mengerahkan kegiatannya tidak hanya pada keagamaan saja akan tetapi mengarah kepada gerakan politik. Junaid mulai memperluas wilayahnya. Perluasan wilayah yang dilakukan Junaid ini mendapat tantangan dari penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik ini Junaid kalah dan berusaha untuk mencari suaka politik pada dinasti Ak Koyunlu yang juga menguasai sebagian wilayah Persia. Selama dalam pengasingan Junaid tinggal di istana Uzun Hasan raja Ak Koyunlu. Hubungan kedua kedua penguasa ini semakin akrab sejak junaid berhasil menikahi adik Uzun Hasan.
Pada tahun 1459 Junaid berusaha merebut kembali Ardabil akan tetapi gagal. Demikian juga usahanya untuk merebut Sircassia pada tahun 1460 juga mengalami kegagalan. Bahkan pada usahanya yang kedua ini Junaid berhasil di bunun oleh tentara Kara Koyunlu melalui Sirwan. Pada saat itu anak Junaid Haidar masih kecil dan dalam pengasuha Uzun Hasan. Baru pada tahun 1470 secara resmi Haidar memimpin gerakan Safawiyah. Dalam perkembangan selanjutnya Haidar mengawini anak Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang dikemudian hari berhasil membawa dinasti Safawi pada puncak kejayaan.
Selama dalam pemimpinan Haidar ia memeberikan identitas pada tentara-tentaranya berupa surban berwarna merah dan berubai dua belas yang disebut qizilbash. Bersama tentaranya ini Haidar berhasil mengalahkan Kara Koyunlu (1476). Kemenengan yang berhasil diraih oleh Haidar ini justru menimbulkan situasi politik yang berbeda. Gerakan militer yang berada dibawah pimpinan Haidar ini dianggap sebagai rival politik oleh Ak Koyunlu. Pada saat Haidar dan tentaranya berusaha merebut Sircassia dan pasukan Marwan, Ak Koyunlu justru memberikan bantuan kepada Marwan sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri terbunuh.
Setelah Haidar terbunuh kepemimpinan geraka Safawi berada dibawah anaknya Ali. Akan tetapi sebelum Ali dapat bergerak ia bersama dengan ibu dan saudaranya dipenjarakan di fars hingga dibebaskan oleh Rustam. Tahun 1494 Ali dibunuh oleh Rustam yang dulu pernah membebaskannya karena kekuatiran Rustam terhadap gerakan Safawi.
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada dibawah Ismail. Bersama Ismail, gerakan Safawi berhasil mengalahkan Ak Koyunlu di Sharur dan berhasil menduduki kota Tabriz. Dikota ini Ismail memproklamirkan diri sebagai raja pertama dinasti Safawi. Selama 23 tahun berkuasa (1501-1524) ia berhasil memperluas wilayahnya sampai keseluruh wilayah Persia dan sebagian wilayah Bulan Sabit Subur. Bahkan ia juga berusaha untuk mengembangkan sayapnya dengan berusaha menguasai Turki Usmani akan tetapi usahanya gagal. Kekalahan ini meruntuhkan kebanggaan Ismail I. sehingga diapun berubah menjadi orang yang suka hura-hura. Sepeninggalan Ismail I kerajaan safawi dalam keadaan lemah hingga raja yang keempat. Pertempuran dengan Turki Usmani sering terjadi pada decade tiga raja setelah ismail I yaitu tahmasp I, Ismail II dan, Muhammad Khudabanda.
Kondisi memprihatinkan dinasti safawi baru berakhir setelah raja kelima, Abbas I (1628 M) naik tahta. Untuk memulihkan kerajaan safawi Abbas I menempuh langkah damai yaitu pertama berusaha menghilangkan dominasi pasukan qizilbash dan menggantinya dengan pasukan baru. Berdamai dengan Turki Usmani meskipun harus merelakan sebagian wilayahnya. Dan berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam.
Usaha yang dilakukan Abbas ini membawa hasil. Perlahan pasukannya mulai kuat. Pada tahun 1598 M ia bersama merebut wilayah kekuasaanya kembali dengan menduduki Heart. Dari sini ia melanjutkan dengan menguasai Marw dan Balkh. Kemudian, pada tahun 1602 M pasukan Abbas menyerang Turki Usmani yang pada saat itu dibawah piminan sultan Muhammad III Fan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan, Baghdad. Dan tahun 1605-1606 M kota Nakhchivan, Erivan, Ganja dan Tiflis dapat ia kuasai. Selanjutnya tahun 1622 ia juga berhasil menduduki Hurmuz dan pelabuhan Gumrun serta mengubah Gumrun menjadi Bandar Abbas .
B.    Daftar Nama-nama Raja yang Menguasai Kerajaan Safawi

No               Nama Raja                          Masa Berkuasa
1    Safiuddin                            1252-1334
2    Sadar Addin Musa                            1334-1399
3    Khawaja Ali                            1399-1427
4    Ibrahim                            1427-1447
5    Junaed                            1447-1460
6    Ismail I                            1501-1524
7    Tahmasp I                            1524-1576
8    Muhammad Khudabanda                            1577-1787
9    Abbas I                            1588-1628
10    Safi Mirza                            1628-1242
11    Abbas II                            1642-1667
12    Sulaiman                            1667-1694
13    Husein                            1694-1722
14    Tahmasp II                            1722-1732
15    Abbas III                            1732-1736

C.    Dinamika Sosial dan Politik Kerajaan Safawi
1.    Kondisi Sosial dan Politik
Sistem pergantian pemimpin yang turun temurun. Sistem ini semakin menguatkan keberadaan kerajaan safawi apalagi didukung oleh figure pemimpin yang kuat. Abbas I adalah seorang pemimpin yang cakap dan dapat disejajarkan dengan dua raja besar yang semasa dengannya yaitu raja sulaiman dari turki usmani dan sultan akbar dari mughal india. Ia juga seorang pecinta pengetahuan, politikus ulung, dan mamiliki toleransi beragama yang tinggi.
Letak kerajaan Persia sangat stategis karena perada di jalur pertemuan timur dan barat. Setelah pelabuhan gumrun diubah menjadi Bandar Abbas, kemajuan kerajaan Persia semakin pesat karena kerajaan ini menguasai jalur perdagangan internasional. Dengan posisinya ini Persia menjadi Negara yang kaya raya. Dan dengan kekayaannya ini tentu saja memberikan sumbangsih besar pada kemajuan kerajaan Safawi.
Pada masanya, sering terjadi konflik pada luar kerajaan seperti konflik dengan kerajaan Turky Utsmani untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Konflik dalam rakyat-rakyatnya mengenai mazdhab yang dianut. Bahkan konflik dalam kerajaan untuk memperebutkan kekuasaan.
2.    Perundangan, Hukum, Administrasi Negara dan Peradilan
Dalam prakteknya, kerajaan Syafawi menggunakan pandangan Syi’ah sebagai acuan Negaranya. Selain hal tersebut di atas,pada abad 17 beberapa kalangan Ulama Syiah tidak lagi mau mengakui bahwa Safawiyah telah mewakili pemerintahan sang imam tersembunyi. pertama, Ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun tersebut sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran islam Syi’ah. Kedua, selaras dengan keyakinan Syiah, bahkan semenjak masa keghaiban besar tahun 941 sang imam tersembunyi tidak lagi terwakili di muka bumi oleh Ulama.Selanjutnya Ulama menegaskan bahwasannya Mujtahid menduduki otoritas keagamaan yang tertinggi.
Kehancuran rezim ini juga di sebabkan sejumlah perubahan yang luar biasa dalam hal hubungan negara dan agama. Safawiyah semula merupakan sebuah gerakan, tetapi setelah berkuasa rezim ini justru menekan bentuk bentuk millenarian islam sufi seraya cenderung kepada pembentukan lembaga ulama negara. Safawiyah menjadikan Syiisme sebagai agama resmi Iran, dan mengeliminir pengikut sufi mereka sebagai mana yang dilakukanya terhadap ulama sunni .
3.    Hubungan Internasional
Hubungan internasional yang terjalin antara kerajaan safawi dengan Negara luar terutama Negara-negara yang menggunakan Persia sebagai jalur perdagangannya. Hubungan ini tentu saja memberikan dampak positif terhadap perkembangan kerajaan Safawi terutama stabilitas dan keamanan Negara .

D.    Kemajuan Dan Kemunduran Kerajaan Safawi
Dalam setiap kejadian pasti mempunyai suatu sebab, maka kemajuan dan kemunduran yang dialami oleh kerajaan Safawi juga mempunyai sebab. Adakalanya sebab itu berasal dari dalam diri kita sendiri, ada juga yang berasal dari luar.
1.    Kemajuan
Masa kekuasaan Abbas merupakan puncak kejayaan kerajaan safawi. Berbagai kemajuan telah dicapai pada masa raja ini. Dalam bidang pengetahuan, kerajaan safawi adalah kerajaan yang telah berperadapan tinggi dan berjasa mengebangkan ilmu pengetahuan. Beberapa ilmuwan yang lahir dari tanah Persia ini diantaranya Sadar Addin Al-Syarazi seorang filosof serta Muhammad baqir ibnu Muhammad Damad seorang filosof, ahli sejarah, teolog dan orang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah.
Dari sektor perekonimian, pada masa Abbas I kerajaan safawi juga mengalami perkembangan seiring dengan stabilitas politik yang telah dicapai. Apalagi setelah menguasai kota Hurmuz dan pelabuhan gumrun dirubah menjadi Bandar Abbas, sektor perdagangan kerajaan safawi semakin menguat. Selain sektor perdagangan pertanian kerajaan safawi juga mengalami kemajuan terutama di daerah bulan sabit subur.
Dalam bidang pembangunan kerajaan ini berhasil menciptakan ibu kota yang indah. Di kota tersebut dibangun bangunan-bangunan yang besar dan indah seperti masjid, rumah sakit, dan jembatan raksasa di atas Zande Rud dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman yang cantik. Ketika abbas meninggal di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Dibidang seni kemajuan nampak pada gaya arsitektur bangunannya seperti tampak pada masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M. Sedangkan seni lukis mulai dirintis sejak masa Tahmasp I .
2.    Kemunduran
a.    Faktor Internal
1)    Adanya figur pemimpin yang kurang cakap. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyebab kerajaan safawi berkembang pesat adalah kecakapan figure raja Abbas I. dan setelah peninggalannya tidak ada lagi pemimpin yang menyamai kecakapannya sehingga ketika terjadi pergolakan politik di kerajaan Safawi para pemimpin tersebut tidak dapat mengatasinya dengan baik.
2)    Melemahnya kekuatan militer. Pasukan ghulam yang pernah dibentuk abbas I sepeninggalannya tidak lagi sekuat ghulam generasi pertama. Hal ini menyebabkan kelemahan kerajaa Safawi pada sector pertahanan keamanan.
3)    Krisis moral penguasa. Sudah menjadi rahasia umum bahwa raja-raja pada kerajaan Islam banyak menmpunyai wanita piaraan atau harem. Agaknya hal ini juga terjadi pada kerajaan safawi. Raja-raja pengganti Abbas I juga banyak mempunyai wanita piaraan. Hal ini kentara sekali pada masa pemerinyahan Sulaiman. Bahkan dalam literature sejarah disebutka bahwa selama tujuh tahun raja Sulaiman tidak pernah melibatkan dirinya dalam mengurusi pemerintahan.

b.    Faktor Eksternal
1)    Konflik politik dengan kerajaan Turki Usmani. Permusuhan antara safawi dengan turki usmani yang pernah teredam sejak masa pemerintahan Ismail I ternyata tidak benar-benar redam. Perselisihan antara syiah dan sunni ini terus mencuat apalagi dengan melemahnya pemimpin pengganti Abbbas I .
2)    konflik agama. Pada masa pemerintahan Husain dia memerintah dengan lemah lembut. Akan tetapi kelembutannya ini digunakan oleh kaum syiah untuk memaksakan fahamnya kepada rakyat yang belum bermazhab syiah. Hal ini memotivasi rakyat Kandahar yang mayoritas bermazhab suni untuk mengkonsolidasikan kekuatannya dibawah komando Mir Mahmud Khan. Dan pada tahun 1722 M raja Husain berhasil digulingkan.
Untuk menanggulangi Mir Mahmud Khan raja Tahsamp, pengganti raja Husain beraliansi dengan Nadir Khan dari suku Afshar. Dan kemenangan ada di pihak Tahsamp II. Karena lemahnya raja ini Nadir Khan akhirnya memaksa Tahsamp II untuk turun tahta dan digantikan Abbas III yang masih sangat kecil. Empat tahun berikutnya Nadir Khan naik tahta menggantikan Abbas III. Denagn naiknya Nadir Khan menjadi raja maka berakhirlah masa kejayaan kerajaan Safawi .
Kerajaan Safawi mengalami kemajuan pesat pada masa kepemimpinan Abbas I. tetapi setelah raja ini wafat, kegemilangan kerajaan safawi juga ikut terkubur. Raja-raja yang menggantikannya tidak memiliki kecakapan yang sama dengan dia sehingga perlahan lahan kerajaan ini mengalami kemunduran hingga akhirnya benar-benar musnah.
E.    Analisis
1.    Daftar Nama-nama Raja dan Kemajuan Yang Dicapai

No    Nama Raja    Masa Berkuasa    Kemajuan Yang Telah Dicapai
1    Safiuddin    1252-1334    pendiri tarekat safawiyah
2    Sadar Addin Musa    1334-1399   
3    Khawaja Ali    1399-1427   
4    Ibrahim    1427-1447   
5    Junaed    1447-1460    •    membentuk pemerintahan sendiri
•    membawa tarekat safawi ke politik
6    Ismail I    1501-1524    •    memproklamirkan kerajaan safawi
•    menaklukkan ak koyunlu
•    menduduki Tabriz
•    memajukan bidang seni
7    Tahmasp I    1524-1576    •    mematahkan serangan turki usmani
•    pelukis berbakat
8    Muhammad Khudabanda    1577-1787   
9    Abbas I    1588-1628    •    membentuk tentara ghulam
•    menaklukan heart, marw, balkh, kepulauan hurmuz,
•    menjalin hubungan dengan turki
•    membuka jalur pedagangan melalui Bandar abbas
•    menjadikan Persia berperadaban tinggi
10    Safi Mirza    1628-1242   
11    Abbas II    1642-1667   
12    Sulaiman    1667-1694   
13    Husein    1694-1722   
14    Tahmasp II    1722-1732   
15    Abbas III    1732-1736   
Keterangan:
Raja-raja penguasa yang memimpin kerajaan Safawi setelah Abbas I adalah penguasa-penguasa yang lemah dalam kepemimpinannya. Mereka cenderung suka berfoya-foya dan hanya memikirkan diri sendiri, tidak memperdulikan umatnya. Maka, pemimpin-pemimpin inilah yang nantinya menjadikan runtuhnya kerajaan Safawi.

2.    Kritik akan Kemejuan dan Kemunduran Kerajaan Safawi
Kerajaan Persia dapat mencapai kejayaan karena memiliki figure pemimpin yang cakap. Abbas I dengan langkah-langkah diplomatis yang dia tempuh justru mengantarkan kerajaan ini menuju masa kejayaan. Pengorbanan yang dilakukan abbas I ketika mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani justru menjadi langkah bagi abbas I untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang telah dikuasai Turki Usmani.
Namun demikian, Negara yang berkembang besar karena pengaruh pemimpinnya ini menjadi mundur bahkan akhirnya runtuh karena tidk ada lagi pemimpin pengganti yang secakap dirinya. Keterpurukan kerajaan Safawi juga diperparah karena perilaku pemimpinnya yang lebih mementingkan kesenangan pribadi dari pada kepentingan rakyatnya.
Lihatlah betapa pentingnya posisi pemimpin itu dalam suatu sistem pemerintahan. Jika pemimpin yang ada dalam pemerintahan itu menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dengan baik, maka keadaan sistem pemerintahannya akan berjalan dengan baik pula. Layaknya seperti tubuh manusia yang mempunyai kepala sebagai pusat pengendali gerakan semua anggota tubuhnya. Jika satu saraf saja yang ada dalam kepala itu rusak, maka sistem pergerakan anggota yang lain juga tidak akan normal. Maka, jika kita mendapat kesempatan menjadi pemimpin jadilah pemimpin ya g benar dan amanah.
III.    KESIMPULAN
Kerajaan safawi adalah kerajaan yang menjadikan syiah sebagai mazhab Negara. Kerajaan Safawi ini berasal dari gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Nama safawiyah diambil dari nama pendirinya Safiudin (1252-1334 M).
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa Abbas I. figure pemimpin yang handal dan kecerdasan yang mumpuni membuat kerajaan Safawi mengalami kemajuan di bawah pemerintahannya. Salah satu prestasi besar kerajaan ini adalan dengan dikuasainya kepulauan Hurmuz dan dibukanya pelabuhan Bandar Abbas.
Kerajaan Persia runtuh ketika kerajaan ini diperintah oleh abbas III yang masih sangat belia. Kekuasaanya direbut secara sepihak oleh Nadir Khan dari suku Ashraf yang dulu pernah membantunya.
IV.    PENUTUP
Demikian makalah ini kami tulis, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini baik format penulisan maupun isi dalam makalah ini masih terdapat kekurangan untuk itu saran konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan tulisan ini. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA
Fuadi Imam, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Yogyakarta;Teras, 2012)
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Jakarta;Prrenada Media Group, 2011)
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2003)
file:///C:/Users/User/Pictures/KERAJAANSAFAWIYAH.htm. diambil 21/05/13.









<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar