I. PENDAHULUAN
Fiqh siyasah merupakan salah satu kajian dalam ilmu fiqh. Maka dengan mempelajarinya meperkaya khazanah keilmuan Islam. Dimana kita dapat belajar dari masa lalu terkait dengan situasi politik yang terjadi ketika itu. Serta mengambil nilai-nilai positif demi kemajuan umat Islam di masa mendatang.
Indonesia merupakan bagian dari negara-negara di dunia yang banyak menganut ajaran Islam. Bahkan, sekarang negara kita ini menjadi negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Dengan melihat sejarah Indonesia, kita akan menemukan banyak kerajaan-kerajaan di masa lalu yang merupakan kerajaan Islam.
Maka pada makalah ini, akan kami bahas tentang beberapa kerajaan Islam yang ada di nusantara ini, khususnya yang ada di Kalimantan, Sulawesi dan NTT.
II. KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN
A. Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
1. Sistem pemerintahannya kerajaan yang berdiri tahun 1526 dan merupakan penerus dari Kerajaan Daha yaitu kerajaan yang bercorak Hindu.
2. Daftar raja-raja (Lihat tabel.)
3. Dinamika sosial dan politik
a. Kondisi sosial politik
Ketika Belanda datang pada masa kekuasaan Sultan Musta’inullah, terjadi kericuhan yang mengakibatkan ibu kota kerajaan ini harus berpindah-pindah tempat hingga beberapa kali, yaitu: dari Amuntai ke Tambangan, kemudian ke Batang Banju, dan akhirnya kembali ke Amuntai.
b. Perundangan dan hukum
Tidak ditemukan adanya perundangan yang tertulis, sebab langsung diperintah oleh Sultan.
c. Administrasi Kerajaan/Sistem Pemerintahan
1) Raja : bergelar Sultan/Panambahan/Ratu/Susuhunan
2) Putra Mahkota : bergelar Ratu Anum/Pangeran Ratu/Sultan Muda
3) Perdana Menteri : disebut Perdana Mantri/Mangkubumi/Wazir, dibawah Mangkubumi : Mantri Panganan, Mantri Pangiwa, Mantri Bumi dan 40 orang Mantri Sikap, setiap Mantri Sikap memiliki 40 orang pengawal.
4) Lalawangan : kepala distrik, kedudukannya sama seperti pada masa Hindia Belanda.
5) Sarawasa, Sarabumi dan Sarabraja : Kepala Urusan keratin.
6) Mandung dan Raksayuda : Kepala Balai Longsari dan Bangsal dan Benteng.
7) Mamagarsari : Pengapit raja duduk di Situluhur.
8) Parimala : Kepala urusan dagang dan pekan (pasar). Dibantu Singataka dan Singapati.
9) Sarageni dan Saradipa : Kuasa dalam urusan senjata (tombak, ganjur), duhung, tameng, badik, parang, badil, meriam dan lain-lain.
10) Puspawana : Kuasa dalam urusan tanaman, hutan, perikanan, ternak, dan berburu.
11) Pamarakan dan Rasajiwa : Pengurus umum tentang keperluan pedalaman/istana.
12) Kadang Aji : Ketua Balai petani dan Perumahan. Nanang sebagai Pembantu.
13) Wargasari : Pengurus besar tentang persediaan bahan makanan dan lumbung padi, kesejahteraan.
14) Anggarmarta : Juru Bandar, Kepala urusan pelabuhan.
15) Astaprana : Juru tabuh-tabuhan, kesenian dan kesusasteraan.
16) Kaum Mangkumbara : Kepala urusan upacara.
17) Wiramartas : Mantri Dagang, berkuasa mengadakan hubungan dagang dengan luar negeri, dengan persetujuan Sultan.
18) Bujangga : Kepala urusan bangunan rumah, agama dan rumah ibadah.
19) Singabana : Kepala ketenteraman umum.
d. Peradilan
Masalah-masalah hukum sekuler dibicarakan oleh Jaksa yang memimpin pembicaraan dengan anggota terdiri dari Raja, Mangkubumi, Dipati dan Jaksa.
Pada masa pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq Billah ada perubahan jabatan, yaitu:
1) Mufti : hakim tertinggi, pengawas Pengadilan umum
2) Qadi : kepala urusan hukum agama Islam
3) Penghulu : hakim rendah
e. Hubungan internasional
Pada tahun 1637 Banjarmasin dan Mataram mengadakan perdamaian setelah hubungan yang tegang selama bertahun-tahun.
4. Kemajuan yang dicapai
a. Keilmuan dan teknologi
Tidak ditemukan data yang menyebutkan tentang kemajuan keilmuan dan teknologi di sini.
b. Ekonomi dan perpajakan
Sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.
c. Perdagangan, industri dan pertanian
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin.
d. Militer dan pertahanan
Kerajaan Banjar telah memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan lain.
5. Perluasan wilayah Kerajaan
Karena merasa telah memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari Kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636. Kesultanan Pasir juga ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda.
6. Kemunduran Kerajaan
Kerajaan Banjar sempat dikuasai oleh Belanda, namun pada akhirnya dapat direbut kembali oleh rakyat Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Antasari.
a. Internal
Pengangkatan pangeran Tamjid (1857-1859 M) sebagai pengganti Sultan Adam (1825-1857 M), memicu timbulnya kericuhan di kalangan masyarakat, karena ia adalah cucu dari selir, yang menurut tradisi tidak berhak menduduki jabatan Sultan. Serta akhlak pangeran Tamjid yang kurang baik dan hubungannya dengan Belanda yang sangat dekat sehingga tidak disenangi oleh rakyat.
b. Eksternal
Setelah pengangkatan itu, Belanda kembali memasuki persoalan politik untuk mengambil keuntungan yang lebih besar. Kolonel Andersen sengaja didatangkan dari Batavia untuk meneliti kericuhan itu. Hingga ia berkesimpulan bahwa pangeran Tamjid adalah sumber kericuhan tersebut. Ia kemudian diturunkan dari tahta dan kekuasaannya diambil alih oleh Belanda.
Pengambilan kekuasaan itu justru menimbulkan protes dari rakyat yang kemudian bersatu untuk merebut kembali kekuasaan yang diambil oleh Belanda.
7. Analisis
Dari pemaparan di atas, dapat kita ketahui bahwa di kerajaan Banjar telah ada suatu sistem politik pemerintahan dengan adanya pejabat-pejabat yang membantu Sultan dalam mengatur tatanan pemerintahannya serta ada juga jabatan yang khusus mengatur masalah hukum dalam lingkup kerajaan dan masyarakatnya.
Namun kurangnya kewaspadaan terhadap masuknya pengaruh luar, yang dalam hal ini khususnya adalah Belanda, bisa kita ambil pelajaran.
B. Kesultanan Kutai (1300-1960 M)
1. Sistem pemerintahannya kerajaan yang dipimpin oleh seorang Sultan. Merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960. Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton.
2. Daftar Sultan (Lihat tabel.)
3. Sistem politik
Dalam Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, gelar kebangsawanan yang digunakan oleh keluarga kerajaan adalah Aji. Gelar Aji diletakkan di depan nama anggota keluarga kerajaan. Dalam gelar kebangsawanan Kutai Kartanegara dikenal penggunaan gelar sebagai berikut:
a. Aji Sultan : digunakan untuk penyebutan nama Sultan bagi kerabat kerajaan.
b. Aji Ratu : gelar yang diberikan bagi permaisuri Sultan.
c. Aji Pangeran : gelar bagi putera Sultan.
d. Aji Puteri : gelar bagi puteri Sultan. Gelar Aji Puteri setara dengan Aji Pangeran.
e. Aji Raden : gelar yang setingkat di atas Aji Bambang. Gelar ini diberikan oleh Sultan hanya kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji Bambang.
f. Aji Bambang : gelar yang setingkat lebih tinggi dari Aji. Gelar ini hanya dapat diberikan oleh Sultan kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji saja.
g. Aji : gelar bagi keturunan bangsawan Kutai. Gelar Aji hanya dapat diturunkan oleh pria bangsawan Kutai. Wanita Aji yang menikah dengan pria biasa tidak dapat menurunkan gelar Aji kepada anak-anaknya.
Jika pria Aji menikah dengan wanita dari kalangan bangsawan Kutai sendiri atau dari kalangan rakyat biasa maupun suku lain, maka putra-putrinya berhak menyandang gelar Aji. Namun jika wanita Aji menikah dengan pria yang bukan keturunan bangsawan Kutai, maka putra-putrinya tidak dapat memperoleh gelar Aji, kecuali jika wanita Aji tersebut menikah dengan bangsawan keturunan Arab (Sayid).
Jika wanita Aji menikah dengan keturunan Arab (Sayid), maka putra-putrinya memperoleh gelar sebagai berikut:
a. Aji Sayid : gelar ini diturunkan kepada putera dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
b. Aji Syarifah : gelar ini diturunkan kepada puteri dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
Gelar Aji Sayid maupun Aji Syarifah tetap setara dengan gelar Aji biasa. Artinya gelar ini tetap dibawah Aji Bambang maupun Aji Raden.
4. Ekonomi
Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (1663), negeri Kutai merupakan salah satu tanah di atas angin (sebelah utara) yang mengirim upeti kepada Maharaja Suryanata, raja Banjar-Hindu (Negara Dipa) pada abad ke-14 hingga kerajaan ini digantikan oleh Kesultanan Banjar.
C. Kerajaan Pontianak
1. Sistem pemerintahannya kerajaan monarki absolut islam yang dipimpin oleh seorang Sultan. Kesultanan Kadriah Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh al-Sayyid Syarif 'Abdurrahman al-Kadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha. Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Panembahan Mempawah dan kedua dengan putri Kesultanan Banjarmasin (Ratu Syarif Abdul Rahman, puteri dari Sultan Sepuh Tamjidullah I). Setelah mereka mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadariah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.
2. Daftar Sultan (Lihat tabel.)
3. Sistem politik
4. Ekonomi
5. Hukum
III. KERAJAAN ISLAM DI SULAWESI
A. Kerajaan Gowa-Tallo
1. Sistem pemerintahannya kerajaan. Kerajaan Gowa dan Tallo ini adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling berbatasan serta berhubungan baik. Banyak orang kemudian mengenal keduanya sebagai kerajaan Makassar.
2. Daftar raja-raja (Lihat tabel.)
a. Raja Alauddin (1591-1636)
Beliau masuk Islam pada tahun 1605 dan menjadi raja pertama yang beragama Islam di kerajaan Makasar ini. Kebijakan politiknya yaitu menolak bekerja sama dengan Belanda yang hendak memaksakan sistem monopoli perdagangan. Alauddin wafat pada tahun 1639.
b. Muhammad Said (1639-1653)
Beliau meneruskan kebijakan politik Ayahnya yang anti Belanda. Berkali-kali Belanda menyodorkan tawaran kerja sama perdagangan tapi selalu ditolak. Muhammad Said wafat pada tahun 1653.
c. Sultan Hasanuddin (1654-1669)
Masa pemerintahannya menjadi masa pemerintahan yang gemilang bagi kerajaan Makassar. Selain memajukan perdagangan, ia juga mengadakan ekspansi wilayah. Di bawah pemerintahnnya, Kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan-kerajaan kecil di sulawesi selatan, yaitu Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone.
Dalam menghadapi Belanda, Sultan Hasanuddin bersikap lebih tegas dengan menyerang benteng Belanda hingga membuat Armada laut Belanda kewalahan.
3. Politik
Politik yang digunakan adalah politik bebas, yang artinya bebas berhubungan dengan pihak manapun atas dasar kerja sama yang saling menguntungkan.
Makasar memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan kerajaan Ternate di Maluku.
Sejak pertengahan abad ke-16, Gowa memiliki saingan politik yang saling bersaing dalam hal pengaruh dan berambisi memperluas kekuasaan, yaitu Kerajaan Bone. Dan terus terjadi konflik diantara keduanya.
4. Hukum di kerajaan Gowa-Tallo
Sebelum Islam sudah ada 4 unsur yang mengawasi negara, yaitu:
a. Ade, yang mengawasi rakyat.
b. Rampang, yang memperkuat negara.
c. Wari, yang memperkuat ikatan keluarga.
d. Bicara, yang mengawasi perbuatan yang sewenang-wenang.
Setelah Islam, unsur itu ditambah satu lagi, yaitu Sara’; kewajiban agama. Untuk itu dibentuk lembaga yang dinamakan Parewa Sara’; pejabat agama, sebagai pendampin Parewa Ade; pejabat adat.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan aturan-aturan sosial yang tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama.
5. Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan Kerajaan Maritim yang terkenal serta penghasil rempah-rempah. Pelaut Makasar mengembangkan perahu-perahu layar jenis Pinisi dan Lambo. Masyarakatnya sejahtera berkat majunya perdagangan di sana.
Sebagaimana disebutkan oleh Nur Huda dalam bukunya “Islam Nusantara”, bahwa corak kerajaan yang pusat pemerintahannya di pesisir-pesisir merupakan kerajaan maritim lebih menitikberatkan kehidupan ekonominya pada perdagangan dan kekuatan militernya lebih dititikberatkan pada angkatan laut.
6. Analisis
Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makasar merupakan kerajaan yang sudah baik dalam sistem perpolitikannya, hal ini bisa kita lihat dari telah adanya unsur badan-badan pengawas negara, yaitu Ade, Rampang, Wari, Bicara dan Sara’.
Namun selain politik yang mengatur ke dalam kerajaan, perlu juga sistem politik yang berkaitan dengan hubungan ke luar. Hal ini sudah cukup diperlihatkan dengan baik oleh kerajaan Makassar ini, dimana ia telah mampu menguasai kerajaan-kerajaan kecil di sulawesi selatan, yaitu Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. juga melakukan ekspansi ke daerah-daerah sekitarnya.
IV. KERAJAAN ISLAM DI MALUKU
A. Kerajaan Ternate
1. Sistem pemerintahannya kerajaan, yang dipimpin oleh seorang raja. Kesultanan Ternate (mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17.
2. Daftar raja (Lihat tabel.)
3. Sistem politik
Di masa – masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut Kolano. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan gelar Sultan. Para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.
Setelah Sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan Jogugu (perdana menteri) dan Fala Raha sebagai para penasihat. Fala Raha atau Empat Rumah adalah empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole pada masa lalu, masing – masing dikepalai seorang Kimalaha. Mereka antara lain ; Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabat – pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan – klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan – jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji dll.
4. Ekonomi
Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Perdagangan yang maju di Maluku adalah rempah – rempah Pala dan Cengkih. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di pasifik.
V. ANALISIS FIQH SIYASAH PADA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Kerajaan Islam di Indonesia, khususnya yang ada di Kalimantan dan Sulawesi, sudah menggunakan sistem perpolitikan baik yang kaitannya dengan sistem pemerintahan yang mengatur ke dalam, maupun yang ke luar.
Hal ini dibuktikan dengan adanya jabatan-jabatan yang diberikan rajanya untuk membantu mengatur sistem kerajaan yang ada. Meski kami belum menemukan sistem perundangan yang mengatur secara resmi sistem pemerintahannya, namun dengan adanya Raja atau Sultan sebagai kepala pemerintahannya, dapat kita simpulkan bahwa Raja-lah yang mengatur dan memerikan instruksi secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nur, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007) cet.I
T. Ibrahim, dan Darsono, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009)
Tim Abdi Guru, Ayo Belajar Agama Islam SMP Jilid 3 (Jakarta: Erlangga, 2007)
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet.23
http://Wikipedia/KesultananBanjar.com diakses pada selasa, 23 april 2013
http://Wikipedia/nusatenggaratimur.com diakses pada sabtu 27 April 2013
http://Wikipedia/KesultananGowa.com diakses Pada Selasa 23 April 2013
http://Wikipedia/KesultananKutai.com diakses pada sabtu, 25 Mei 2013
http://Wikipedia/KesultananPontianak.com diakses pada sabtu, 25 Mei 2013
http://Wikipedia/KesultananTernate.com diakses pada sabtu, 25 Mei 2013
TABEL DAFTAR RAJA-RAJA KALIMANTAN
I. Kerajaan Banjar
No. Raja (Tahun Pemerintahan) Kemajuan yang dicapai
1. Pangeran Samudera / Sultan Suryanullah / Suriansyah (1520-1546 M)
2. Sultan Rahmatullah (1547-1570 M)
3. Sultan Hidayatullah (1571-1595 M)
4. Sultan Musta’inullah / Sultan Mustain Billah/Marhum Panambahan (1596-1641 M)
5. Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah (1642-1646 M)
6. Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah (1647-1660 M)
7. Sultan Ri'ayatullah bin Sultan Mustain Billah (1661-1663 M)
8. Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah (1664-1679 M)
9. Sultan Agung/Pangeran Suryanata II bin Sultan Inayatullah (1664-1679 M)
10. Sultan Amrullah Bagus Kasuma/Suria Angsa/Saidillah bin Sultan Saidullah (1679-1700 M)
11. Sultan Tahmidullah I/Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah (1700-1717 M)
12. Panembahan Kasuma Dilaga/Tahlilullah (1717-1730 M)
13. sultan il-hamidullah/Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I (1730-1734 M)
14. Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahmidullah I (1734-1759 M)
15. Sultan Muhammadillah/Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Il-Hamidullah/Sultan Kuning (1759-1761 M)
16. Sunan Nata Alam bin Sultan Tamjidullah I (1761-1801 M)
17. Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II (1801-1825 M)
18. Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1825-1857 M)
19. Sultan Tamjidullah II al-Watsiq Billah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam (1857-1859 M)
20. Sultan Hidayatullah Halilillah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam (1859-1862 M)
21. Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah (1862 M)
22. Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin (1862-1905 M)
23. Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah bin Gusti Jumri bin Gusti Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah (2010 M)
II. Kesultanan Kutai
No. Raja (Tahun Pemerintahannya) Kemajuan yang dicapai
1. Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325)
Raja pertama Kutai Kartanegara yang mendirikan kerajaannya di Kutai Lama.
2. Aji Batara Agung Paduka Nira (1325-1360)
3. Aji Maharaja Sultan (1360-1420)
4. Aji Raja Mandarsyah (1420-1475)
5. Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya (1475-1545)
6. Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa (abad ke-16) sejak tahun 1636, Kutai diklaim oleh Kesultanan Banjar sebagai salah satu vazalnya.
7. Aji Raja Mahkota Mulia Alam (1545-1610)
Raja Kutai Kartanegara pertama yang memeluk agama Islam, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara.
8. Aji Dilanggar (1610-1635)
9. Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura (1635-1650)
Raja yang menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura. Raja kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
10. Aji Pangeran Dipati Agung ing Martapura (1650-1665)
11. Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma ing Martapura (1665-1686)
12. Aji Ragi gelar Ratu Agung (1686-1700)
Ratu pertama yang memimpin Kerajaan Kutai Kartanegara
13. Aji Pangeran Dipati Tua (1700-1710)
14. Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing Martapura (1710-1735)
15. Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778)
Merupakan sultan Kutai Kartanegara pertama yang menggunakan nama Islami. Dan kemudian sebutan kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
16. Sultan Aji Muhammad Aliyeddin (1778-1780)
Sepeninggal Sultan Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo[1]. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin.
17. Aji Imbut/Sultan Aji Muhammad Muslihuddin (1780-1816)
18. Aji Muhammad Salehuddin (1816-1845)
19. Aji Muhammad Sulaiman (1850-1899)
20. Aji Muhammad Alimuddin (1899-1910)
21. Aji Muhammad Parikesit (1920-1960)
*Sultan terakhir setelah pemerintahan kesultanan berakhir pada tahun 1960
22. Haji Aji Muhammad Salehuddin II (1999-kini) *Ditetapkan sebagai Sultan Kutai pada tahun 1999 setelah Kesultanan Kutai dihidupkan kembali. Namun upacara penobatan baru dilaksanakan pada 22 September 2001
III. Kesultanan Pontianak
No. Raja (Tahun Pemerintahannya) Kemajuan yang dicapai
1. Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie bin Habib Husein Alkadrie (1 September 1778 – 28 Februari 1808)
2. Sultan Syarif Kasim Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (28 Februari 1808 – 25 Februari 1819)
3. Sultan Syarif Usman Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (25 Februari 1819 – 12 April 1855)
4. Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Usman Alkadrie (12 April 1855 – 22 Agustus 1872)
5. Sultan Syarif Yusuf Alkadrie bin Sultan Syarif Hamid Alkadrie (22 Agustus 1872 – 15 Maret 1895)
6. Sultan Syarif Muhammad Alkadrie bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie (15 Maret 1895 – 24 Juni 1944)
7. Mayjen KNIL Sultan Hamid II (Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie) (29 Oktober 1945 – 30 Maret 1978)
8. Sultan Syarif Abubakar Alkadrie bin Syarif Mahmud Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (15 Januari 2004 – Sekarang)
TABEL DAFTAR RAJA-RAJA SULAWESI
Kerajaan Gowa-Tallo/Makassar
No. Raja (Tahun Pemerintahan) Kemajuan yang dicapai
1. Raja Alauddin (1591-1636)
2. Muhammad Said (1639-1653)
3. Sultan Hasanuddin (1654-1669)
4. I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu'
Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681.
5. I Mallawakkang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminanga ri Passiringanna
6. Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara
Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
7. I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
8. La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
9. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
10. I Manrabbia Sultan Najamuddin
11. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun 1735)
12. I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
13. I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
14. Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
15. I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
16. I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
17. I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
18. I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
19. La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
20. I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna (1826 - wafat 30 Januari 1893)
21. I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893- wafat 18 Mei 1895)
22. I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu'na (18 Mei 1895-13 April 1906)
Ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906.
23. I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
24. Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1956-1960) merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di Jongaya pada tahun 1978.
TABEL DAFTAR RAJA-RAJA MALUKU
Kerajaan Ternate
No. Raja (Tahun Pemerintahan) Kemajuan yang dicapai
1. Kolano Marhum (1465-1486) penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana.
2. Zainal Abidin (1486-1500) Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate.
3. Sultan Bayanullah (1500-1521)
Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan perahu dan senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate.
4. Sultan Dalayu/ Hidayatullah (1522 – 1529)
5. Sultan Abu Hayat II (1529 – 1533)
6. Sultan Tabariji 1533 - 1534
7. Khairun Jamil 1535 – 1570
sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal.
8. Babullah Datu syah 1570 – 1583
setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya tahun 1575.
Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian timur, dari Philipina (Selatan) dibagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara dibagian selatan. Sultan Baabullah dijuluki “penguasa 72 pulau”.
9. Said Barakat syah 1583 - 1606
10. Mudaffar Syah I 1607 – 1627 tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan Spanyol.
11. Hamzah 1627 – 1648 Tahun 1641, dipimpin oleh raja muda Ambon Salahakan Luhu, puluhan ribu pasukan gabungan Ternate – Hitu – Makassar menggempur berbagai kedudukan Belanda di Maluku Tengah.
12. Mandarsyah 1648 - 1650 (masa pertama) Tahun 1650, para bangsawan Ternate mengobarkan perlawanan di Ternate dan Ambon, pemberontakan ini dipicu sikap Sultan Mandarsyah yang terlampau akrab dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda.
13. Manila 1650 – 1655
14. Mandarsyah 1655 - 1675 (masa kedua)
15. Sibori 1675 - 1689 Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan dependen Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.
16. Said Fatahullah 1689 – 1714
17. Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin 1714 – 1751
18. Ayan Syah 1751 – 1754
19. Syah Mardan 1755 – 1763
20. Jalaluddin 1763 - 1774
21. Harunsyah 1774 – 1781
22. Achral 1781 – 1796
23. Muhammad Yasin 1796 – 1801
24. Muhammad Ali 1807 – 1821
25. Muhammad Sarmoli 1821 - 1823
26. Muhammad Zain 1823 – 1859
27. Muhammad Arsyad 1859 – 1876
28. Ayanhar 1879 – 1900
29. Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) 1900 – 1902
30. Haji Muhammad Usman syah 1902 – 1915 tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah – wilayah kekuasaannya, bermula di wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal. Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas termasuk Coentroleur Belanda Agerbeek, markas mereka diobrak – abrik.
Akan tetapi karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, beliau dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.
31. Iskandar Muhammad Jabir syah 1929 – 1975
32. Drs. Haji Mudaffar Syah (Mudaffar II) 1975 – sekarang
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
Indonesia merupakan bagian dari negara-negara di dunia yang banyak menganut ajaran Islam. Bahkan, sekarang negara kita ini menjadi negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Dengan melihat sejarah Indonesia, kita akan menemukan banyak kerajaan-kerajaan di masa lalu yang merupakan kerajaan Islam.
Maka pada makalah ini, akan kami bahas tentang beberapa kerajaan Islam yang ada di nusantara ini, khususnya yang ada di Kalimantan, Sulawesi dan NTT.
II. KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN
A. Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
1. Sistem pemerintahannya kerajaan yang berdiri tahun 1526 dan merupakan penerus dari Kerajaan Daha yaitu kerajaan yang bercorak Hindu.
2. Daftar raja-raja (Lihat tabel.)
3. Dinamika sosial dan politik
a. Kondisi sosial politik
Ketika Belanda datang pada masa kekuasaan Sultan Musta’inullah, terjadi kericuhan yang mengakibatkan ibu kota kerajaan ini harus berpindah-pindah tempat hingga beberapa kali, yaitu: dari Amuntai ke Tambangan, kemudian ke Batang Banju, dan akhirnya kembali ke Amuntai.
b. Perundangan dan hukum
Tidak ditemukan adanya perundangan yang tertulis, sebab langsung diperintah oleh Sultan.
c. Administrasi Kerajaan/Sistem Pemerintahan
1) Raja : bergelar Sultan/Panambahan/Ratu/Susuhunan
2) Putra Mahkota : bergelar Ratu Anum/Pangeran Ratu/Sultan Muda
3) Perdana Menteri : disebut Perdana Mantri/Mangkubumi/Wazir, dibawah Mangkubumi : Mantri Panganan, Mantri Pangiwa, Mantri Bumi dan 40 orang Mantri Sikap, setiap Mantri Sikap memiliki 40 orang pengawal.
4) Lalawangan : kepala distrik, kedudukannya sama seperti pada masa Hindia Belanda.
5) Sarawasa, Sarabumi dan Sarabraja : Kepala Urusan keratin.
6) Mandung dan Raksayuda : Kepala Balai Longsari dan Bangsal dan Benteng.
7) Mamagarsari : Pengapit raja duduk di Situluhur.
8) Parimala : Kepala urusan dagang dan pekan (pasar). Dibantu Singataka dan Singapati.
9) Sarageni dan Saradipa : Kuasa dalam urusan senjata (tombak, ganjur), duhung, tameng, badik, parang, badil, meriam dan lain-lain.
10) Puspawana : Kuasa dalam urusan tanaman, hutan, perikanan, ternak, dan berburu.
11) Pamarakan dan Rasajiwa : Pengurus umum tentang keperluan pedalaman/istana.
12) Kadang Aji : Ketua Balai petani dan Perumahan. Nanang sebagai Pembantu.
13) Wargasari : Pengurus besar tentang persediaan bahan makanan dan lumbung padi, kesejahteraan.
14) Anggarmarta : Juru Bandar, Kepala urusan pelabuhan.
15) Astaprana : Juru tabuh-tabuhan, kesenian dan kesusasteraan.
16) Kaum Mangkumbara : Kepala urusan upacara.
17) Wiramartas : Mantri Dagang, berkuasa mengadakan hubungan dagang dengan luar negeri, dengan persetujuan Sultan.
18) Bujangga : Kepala urusan bangunan rumah, agama dan rumah ibadah.
19) Singabana : Kepala ketenteraman umum.
d. Peradilan
Masalah-masalah hukum sekuler dibicarakan oleh Jaksa yang memimpin pembicaraan dengan anggota terdiri dari Raja, Mangkubumi, Dipati dan Jaksa.
Pada masa pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq Billah ada perubahan jabatan, yaitu:
1) Mufti : hakim tertinggi, pengawas Pengadilan umum
2) Qadi : kepala urusan hukum agama Islam
3) Penghulu : hakim rendah
e. Hubungan internasional
Pada tahun 1637 Banjarmasin dan Mataram mengadakan perdamaian setelah hubungan yang tegang selama bertahun-tahun.
4. Kemajuan yang dicapai
a. Keilmuan dan teknologi
Tidak ditemukan data yang menyebutkan tentang kemajuan keilmuan dan teknologi di sini.
b. Ekonomi dan perpajakan
Sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.
c. Perdagangan, industri dan pertanian
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin.
d. Militer dan pertahanan
Kerajaan Banjar telah memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan lain.
5. Perluasan wilayah Kerajaan
Karena merasa telah memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari Kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636. Kesultanan Pasir juga ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda.
6. Kemunduran Kerajaan
Kerajaan Banjar sempat dikuasai oleh Belanda, namun pada akhirnya dapat direbut kembali oleh rakyat Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Antasari.
a. Internal
Pengangkatan pangeran Tamjid (1857-1859 M) sebagai pengganti Sultan Adam (1825-1857 M), memicu timbulnya kericuhan di kalangan masyarakat, karena ia adalah cucu dari selir, yang menurut tradisi tidak berhak menduduki jabatan Sultan. Serta akhlak pangeran Tamjid yang kurang baik dan hubungannya dengan Belanda yang sangat dekat sehingga tidak disenangi oleh rakyat.
b. Eksternal
Setelah pengangkatan itu, Belanda kembali memasuki persoalan politik untuk mengambil keuntungan yang lebih besar. Kolonel Andersen sengaja didatangkan dari Batavia untuk meneliti kericuhan itu. Hingga ia berkesimpulan bahwa pangeran Tamjid adalah sumber kericuhan tersebut. Ia kemudian diturunkan dari tahta dan kekuasaannya diambil alih oleh Belanda.
Pengambilan kekuasaan itu justru menimbulkan protes dari rakyat yang kemudian bersatu untuk merebut kembali kekuasaan yang diambil oleh Belanda.
7. Analisis
Dari pemaparan di atas, dapat kita ketahui bahwa di kerajaan Banjar telah ada suatu sistem politik pemerintahan dengan adanya pejabat-pejabat yang membantu Sultan dalam mengatur tatanan pemerintahannya serta ada juga jabatan yang khusus mengatur masalah hukum dalam lingkup kerajaan dan masyarakatnya.
Namun kurangnya kewaspadaan terhadap masuknya pengaruh luar, yang dalam hal ini khususnya adalah Belanda, bisa kita ambil pelajaran.
B. Kesultanan Kutai (1300-1960 M)
1. Sistem pemerintahannya kerajaan yang dipimpin oleh seorang Sultan. Merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960. Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton.
2. Daftar Sultan (Lihat tabel.)
3. Sistem politik
Dalam Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, gelar kebangsawanan yang digunakan oleh keluarga kerajaan adalah Aji. Gelar Aji diletakkan di depan nama anggota keluarga kerajaan. Dalam gelar kebangsawanan Kutai Kartanegara dikenal penggunaan gelar sebagai berikut:
a. Aji Sultan : digunakan untuk penyebutan nama Sultan bagi kerabat kerajaan.
b. Aji Ratu : gelar yang diberikan bagi permaisuri Sultan.
c. Aji Pangeran : gelar bagi putera Sultan.
d. Aji Puteri : gelar bagi puteri Sultan. Gelar Aji Puteri setara dengan Aji Pangeran.
e. Aji Raden : gelar yang setingkat di atas Aji Bambang. Gelar ini diberikan oleh Sultan hanya kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji Bambang.
f. Aji Bambang : gelar yang setingkat lebih tinggi dari Aji. Gelar ini hanya dapat diberikan oleh Sultan kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji saja.
g. Aji : gelar bagi keturunan bangsawan Kutai. Gelar Aji hanya dapat diturunkan oleh pria bangsawan Kutai. Wanita Aji yang menikah dengan pria biasa tidak dapat menurunkan gelar Aji kepada anak-anaknya.
Jika pria Aji menikah dengan wanita dari kalangan bangsawan Kutai sendiri atau dari kalangan rakyat biasa maupun suku lain, maka putra-putrinya berhak menyandang gelar Aji. Namun jika wanita Aji menikah dengan pria yang bukan keturunan bangsawan Kutai, maka putra-putrinya tidak dapat memperoleh gelar Aji, kecuali jika wanita Aji tersebut menikah dengan bangsawan keturunan Arab (Sayid).
Jika wanita Aji menikah dengan keturunan Arab (Sayid), maka putra-putrinya memperoleh gelar sebagai berikut:
a. Aji Sayid : gelar ini diturunkan kepada putera dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
b. Aji Syarifah : gelar ini diturunkan kepada puteri dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
Gelar Aji Sayid maupun Aji Syarifah tetap setara dengan gelar Aji biasa. Artinya gelar ini tetap dibawah Aji Bambang maupun Aji Raden.
4. Ekonomi
Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (1663), negeri Kutai merupakan salah satu tanah di atas angin (sebelah utara) yang mengirim upeti kepada Maharaja Suryanata, raja Banjar-Hindu (Negara Dipa) pada abad ke-14 hingga kerajaan ini digantikan oleh Kesultanan Banjar.
C. Kerajaan Pontianak
1. Sistem pemerintahannya kerajaan monarki absolut islam yang dipimpin oleh seorang Sultan. Kesultanan Kadriah Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh al-Sayyid Syarif 'Abdurrahman al-Kadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha. Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Panembahan Mempawah dan kedua dengan putri Kesultanan Banjarmasin (Ratu Syarif Abdul Rahman, puteri dari Sultan Sepuh Tamjidullah I). Setelah mereka mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadariah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.
2. Daftar Sultan (Lihat tabel.)
3. Sistem politik
4. Ekonomi
5. Hukum
III. KERAJAAN ISLAM DI SULAWESI
A. Kerajaan Gowa-Tallo
1. Sistem pemerintahannya kerajaan. Kerajaan Gowa dan Tallo ini adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling berbatasan serta berhubungan baik. Banyak orang kemudian mengenal keduanya sebagai kerajaan Makassar.
2. Daftar raja-raja (Lihat tabel.)
a. Raja Alauddin (1591-1636)
Beliau masuk Islam pada tahun 1605 dan menjadi raja pertama yang beragama Islam di kerajaan Makasar ini. Kebijakan politiknya yaitu menolak bekerja sama dengan Belanda yang hendak memaksakan sistem monopoli perdagangan. Alauddin wafat pada tahun 1639.
b. Muhammad Said (1639-1653)
Beliau meneruskan kebijakan politik Ayahnya yang anti Belanda. Berkali-kali Belanda menyodorkan tawaran kerja sama perdagangan tapi selalu ditolak. Muhammad Said wafat pada tahun 1653.
c. Sultan Hasanuddin (1654-1669)
Masa pemerintahannya menjadi masa pemerintahan yang gemilang bagi kerajaan Makassar. Selain memajukan perdagangan, ia juga mengadakan ekspansi wilayah. Di bawah pemerintahnnya, Kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan-kerajaan kecil di sulawesi selatan, yaitu Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone.
Dalam menghadapi Belanda, Sultan Hasanuddin bersikap lebih tegas dengan menyerang benteng Belanda hingga membuat Armada laut Belanda kewalahan.
3. Politik
Politik yang digunakan adalah politik bebas, yang artinya bebas berhubungan dengan pihak manapun atas dasar kerja sama yang saling menguntungkan.
Makasar memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan kerajaan Ternate di Maluku.
Sejak pertengahan abad ke-16, Gowa memiliki saingan politik yang saling bersaing dalam hal pengaruh dan berambisi memperluas kekuasaan, yaitu Kerajaan Bone. Dan terus terjadi konflik diantara keduanya.
4. Hukum di kerajaan Gowa-Tallo
Sebelum Islam sudah ada 4 unsur yang mengawasi negara, yaitu:
a. Ade, yang mengawasi rakyat.
b. Rampang, yang memperkuat negara.
c. Wari, yang memperkuat ikatan keluarga.
d. Bicara, yang mengawasi perbuatan yang sewenang-wenang.
Setelah Islam, unsur itu ditambah satu lagi, yaitu Sara’; kewajiban agama. Untuk itu dibentuk lembaga yang dinamakan Parewa Sara’; pejabat agama, sebagai pendampin Parewa Ade; pejabat adat.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan aturan-aturan sosial yang tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama.
5. Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan Kerajaan Maritim yang terkenal serta penghasil rempah-rempah. Pelaut Makasar mengembangkan perahu-perahu layar jenis Pinisi dan Lambo. Masyarakatnya sejahtera berkat majunya perdagangan di sana.
Sebagaimana disebutkan oleh Nur Huda dalam bukunya “Islam Nusantara”, bahwa corak kerajaan yang pusat pemerintahannya di pesisir-pesisir merupakan kerajaan maritim lebih menitikberatkan kehidupan ekonominya pada perdagangan dan kekuatan militernya lebih dititikberatkan pada angkatan laut.
6. Analisis
Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makasar merupakan kerajaan yang sudah baik dalam sistem perpolitikannya, hal ini bisa kita lihat dari telah adanya unsur badan-badan pengawas negara, yaitu Ade, Rampang, Wari, Bicara dan Sara’.
Namun selain politik yang mengatur ke dalam kerajaan, perlu juga sistem politik yang berkaitan dengan hubungan ke luar. Hal ini sudah cukup diperlihatkan dengan baik oleh kerajaan Makassar ini, dimana ia telah mampu menguasai kerajaan-kerajaan kecil di sulawesi selatan, yaitu Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. juga melakukan ekspansi ke daerah-daerah sekitarnya.
IV. KERAJAAN ISLAM DI MALUKU
A. Kerajaan Ternate
1. Sistem pemerintahannya kerajaan, yang dipimpin oleh seorang raja. Kesultanan Ternate (mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17.
2. Daftar raja (Lihat tabel.)
3. Sistem politik
Di masa – masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut Kolano. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan gelar Sultan. Para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.
Setelah Sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan Jogugu (perdana menteri) dan Fala Raha sebagai para penasihat. Fala Raha atau Empat Rumah adalah empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole pada masa lalu, masing – masing dikepalai seorang Kimalaha. Mereka antara lain ; Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabat – pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan – klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan – jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji dll.
4. Ekonomi
Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Perdagangan yang maju di Maluku adalah rempah – rempah Pala dan Cengkih. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di pasifik.
V. ANALISIS FIQH SIYASAH PADA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Kerajaan Islam di Indonesia, khususnya yang ada di Kalimantan dan Sulawesi, sudah menggunakan sistem perpolitikan baik yang kaitannya dengan sistem pemerintahan yang mengatur ke dalam, maupun yang ke luar.
Hal ini dibuktikan dengan adanya jabatan-jabatan yang diberikan rajanya untuk membantu mengatur sistem kerajaan yang ada. Meski kami belum menemukan sistem perundangan yang mengatur secara resmi sistem pemerintahannya, namun dengan adanya Raja atau Sultan sebagai kepala pemerintahannya, dapat kita simpulkan bahwa Raja-lah yang mengatur dan memerikan instruksi secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nur, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007) cet.I
T. Ibrahim, dan Darsono, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009)
Tim Abdi Guru, Ayo Belajar Agama Islam SMP Jilid 3 (Jakarta: Erlangga, 2007)
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet.23
http://Wikipedia/KesultananBanjar.com diakses pada selasa, 23 april 2013
http://Wikipedia/nusatenggaratimur.com diakses pada sabtu 27 April 2013
http://Wikipedia/KesultananGowa.com diakses Pada Selasa 23 April 2013
http://Wikipedia/KesultananKutai.com diakses pada sabtu, 25 Mei 2013
http://Wikipedia/KesultananPontianak.com diakses pada sabtu, 25 Mei 2013
http://Wikipedia/KesultananTernate.com diakses pada sabtu, 25 Mei 2013
TABEL DAFTAR RAJA-RAJA KALIMANTAN
I. Kerajaan Banjar
No. Raja (Tahun Pemerintahan) Kemajuan yang dicapai
1. Pangeran Samudera / Sultan Suryanullah / Suriansyah (1520-1546 M)
2. Sultan Rahmatullah (1547-1570 M)
3. Sultan Hidayatullah (1571-1595 M)
4. Sultan Musta’inullah / Sultan Mustain Billah/Marhum Panambahan (1596-1641 M)
5. Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah (1642-1646 M)
6. Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah (1647-1660 M)
7. Sultan Ri'ayatullah bin Sultan Mustain Billah (1661-1663 M)
8. Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah (1664-1679 M)
9. Sultan Agung/Pangeran Suryanata II bin Sultan Inayatullah (1664-1679 M)
10. Sultan Amrullah Bagus Kasuma/Suria Angsa/Saidillah bin Sultan Saidullah (1679-1700 M)
11. Sultan Tahmidullah I/Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah (1700-1717 M)
12. Panembahan Kasuma Dilaga/Tahlilullah (1717-1730 M)
13. sultan il-hamidullah/Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I (1730-1734 M)
14. Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahmidullah I (1734-1759 M)
15. Sultan Muhammadillah/Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Il-Hamidullah/Sultan Kuning (1759-1761 M)
16. Sunan Nata Alam bin Sultan Tamjidullah I (1761-1801 M)
17. Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II (1801-1825 M)
18. Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1825-1857 M)
19. Sultan Tamjidullah II al-Watsiq Billah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam (1857-1859 M)
20. Sultan Hidayatullah Halilillah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam (1859-1862 M)
21. Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah (1862 M)
22. Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin (1862-1905 M)
23. Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah bin Gusti Jumri bin Gusti Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah (2010 M)
II. Kesultanan Kutai
No. Raja (Tahun Pemerintahannya) Kemajuan yang dicapai
1. Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325)
Raja pertama Kutai Kartanegara yang mendirikan kerajaannya di Kutai Lama.
2. Aji Batara Agung Paduka Nira (1325-1360)
3. Aji Maharaja Sultan (1360-1420)
4. Aji Raja Mandarsyah (1420-1475)
5. Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya (1475-1545)
6. Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa (abad ke-16) sejak tahun 1636, Kutai diklaim oleh Kesultanan Banjar sebagai salah satu vazalnya.
7. Aji Raja Mahkota Mulia Alam (1545-1610)
Raja Kutai Kartanegara pertama yang memeluk agama Islam, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara.
8. Aji Dilanggar (1610-1635)
9. Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura (1635-1650)
Raja yang menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura. Raja kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
10. Aji Pangeran Dipati Agung ing Martapura (1650-1665)
11. Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma ing Martapura (1665-1686)
12. Aji Ragi gelar Ratu Agung (1686-1700)
Ratu pertama yang memimpin Kerajaan Kutai Kartanegara
13. Aji Pangeran Dipati Tua (1700-1710)
14. Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing Martapura (1710-1735)
15. Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778)
Merupakan sultan Kutai Kartanegara pertama yang menggunakan nama Islami. Dan kemudian sebutan kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
16. Sultan Aji Muhammad Aliyeddin (1778-1780)
Sepeninggal Sultan Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo[1]. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin.
17. Aji Imbut/Sultan Aji Muhammad Muslihuddin (1780-1816)
18. Aji Muhammad Salehuddin (1816-1845)
19. Aji Muhammad Sulaiman (1850-1899)
20. Aji Muhammad Alimuddin (1899-1910)
21. Aji Muhammad Parikesit (1920-1960)
*Sultan terakhir setelah pemerintahan kesultanan berakhir pada tahun 1960
22. Haji Aji Muhammad Salehuddin II (1999-kini) *Ditetapkan sebagai Sultan Kutai pada tahun 1999 setelah Kesultanan Kutai dihidupkan kembali. Namun upacara penobatan baru dilaksanakan pada 22 September 2001
III. Kesultanan Pontianak
No. Raja (Tahun Pemerintahannya) Kemajuan yang dicapai
1. Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie bin Habib Husein Alkadrie (1 September 1778 – 28 Februari 1808)
2. Sultan Syarif Kasim Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (28 Februari 1808 – 25 Februari 1819)
3. Sultan Syarif Usman Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (25 Februari 1819 – 12 April 1855)
4. Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Usman Alkadrie (12 April 1855 – 22 Agustus 1872)
5. Sultan Syarif Yusuf Alkadrie bin Sultan Syarif Hamid Alkadrie (22 Agustus 1872 – 15 Maret 1895)
6. Sultan Syarif Muhammad Alkadrie bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie (15 Maret 1895 – 24 Juni 1944)
7. Mayjen KNIL Sultan Hamid II (Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie) (29 Oktober 1945 – 30 Maret 1978)
8. Sultan Syarif Abubakar Alkadrie bin Syarif Mahmud Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (15 Januari 2004 – Sekarang)
TABEL DAFTAR RAJA-RAJA SULAWESI
Kerajaan Gowa-Tallo/Makassar
No. Raja (Tahun Pemerintahan) Kemajuan yang dicapai
1. Raja Alauddin (1591-1636)
2. Muhammad Said (1639-1653)
3. Sultan Hasanuddin (1654-1669)
4. I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu'
Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681.
5. I Mallawakkang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminanga ri Passiringanna
6. Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara
Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
7. I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
8. La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
9. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
10. I Manrabbia Sultan Najamuddin
11. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun 1735)
12. I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
13. I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
14. Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
15. I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
16. I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
17. I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
18. I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
19. La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
20. I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna (1826 - wafat 30 Januari 1893)
21. I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893- wafat 18 Mei 1895)
22. I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu'na (18 Mei 1895-13 April 1906)
Ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906.
23. I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
24. Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1956-1960) merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di Jongaya pada tahun 1978.
TABEL DAFTAR RAJA-RAJA MALUKU
Kerajaan Ternate
No. Raja (Tahun Pemerintahan) Kemajuan yang dicapai
1. Kolano Marhum (1465-1486) penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana.
2. Zainal Abidin (1486-1500) Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate.
3. Sultan Bayanullah (1500-1521)
Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan perahu dan senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate.
4. Sultan Dalayu/ Hidayatullah (1522 – 1529)
5. Sultan Abu Hayat II (1529 – 1533)
6. Sultan Tabariji 1533 - 1534
7. Khairun Jamil 1535 – 1570
sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal.
8. Babullah Datu syah 1570 – 1583
setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya tahun 1575.
Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian timur, dari Philipina (Selatan) dibagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara dibagian selatan. Sultan Baabullah dijuluki “penguasa 72 pulau”.
9. Said Barakat syah 1583 - 1606
10. Mudaffar Syah I 1607 – 1627 tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan Spanyol.
11. Hamzah 1627 – 1648 Tahun 1641, dipimpin oleh raja muda Ambon Salahakan Luhu, puluhan ribu pasukan gabungan Ternate – Hitu – Makassar menggempur berbagai kedudukan Belanda di Maluku Tengah.
12. Mandarsyah 1648 - 1650 (masa pertama) Tahun 1650, para bangsawan Ternate mengobarkan perlawanan di Ternate dan Ambon, pemberontakan ini dipicu sikap Sultan Mandarsyah yang terlampau akrab dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda.
13. Manila 1650 – 1655
14. Mandarsyah 1655 - 1675 (masa kedua)
15. Sibori 1675 - 1689 Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan dependen Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.
16. Said Fatahullah 1689 – 1714
17. Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin 1714 – 1751
18. Ayan Syah 1751 – 1754
19. Syah Mardan 1755 – 1763
20. Jalaluddin 1763 - 1774
21. Harunsyah 1774 – 1781
22. Achral 1781 – 1796
23. Muhammad Yasin 1796 – 1801
24. Muhammad Ali 1807 – 1821
25. Muhammad Sarmoli 1821 - 1823
26. Muhammad Zain 1823 – 1859
27. Muhammad Arsyad 1859 – 1876
28. Ayanhar 1879 – 1900
29. Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) 1900 – 1902
30. Haji Muhammad Usman syah 1902 – 1915 tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah – wilayah kekuasaannya, bermula di wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal. Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas termasuk Coentroleur Belanda Agerbeek, markas mereka diobrak – abrik.
Akan tetapi karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, beliau dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.
31. Iskandar Muhammad Jabir syah 1929 – 1975
32. Drs. Haji Mudaffar Syah (Mudaffar II) 1975 – sekarang
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
Slots by Pragmatic Play - AprCasino
BalasHapusPragmatic Play. Pragmatic Play. Pragmatic Play. Slot jancasino.com Machine. The https://deccasino.com/review/merit-casino/ Dog House. Slots. Wild apr casino West wooricasinos.info Gold. Pragmatic Play. 스포츠 토토 사이트 Jackpot Party.