Selasa, 25 Juni 2013

PERKEMBANGAN SEJARAH FIQH SIYASAH PADA MASA DAULAH UMAYYAH

I.    PENDAHULUAN
Kajian terhadap kajian siyasah telah tumbuh dan berkembang sejak islam menjadi pusat kekuasaan dunia. Bahkan, usia fiqh siyasah setua ajaran islm itu sendiri. Fiqih siyasah menguraikan berbagai keragaman politik dan ekonomi umat yang sangat komplek yang dihadapi seluruh umat diberbagai wilayah dunia islam.
Fiqih siyasah menerima dengan terbuka apa yang datang dari luar selama maslahat bagi kehidupan umat, bahkan menjadikannya sebagai unsur yang akan bermanfaat dan akan menambah dinamika kehidupannya serta menghindarkannya dari kekakuan dan kebekuan.Akan tetapi siyasah juga akan menolak unsur-unsur luar yang akan menyimpangkannya dari tujuan dan keluar dari rambu-rambu syari’ah yang akan mengikis habis identitasnya. Hal ini dihadapi umat islam dimana saja didalam proses kehidupan didunia yang terus berubah.
II.    RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana Sistem Khalifah/Pemerintahan Bani Umayyah?
B.      Siapa Saja Raja-Raja Daulah/Kerajaan Bani Umayyah?
C.      Bagaimana Dinamika Sosial dan Politik Bani Umayyah?
D.    Apa Saja Kemajuan yang di Capai Bani Umayyah?
E.      Bagaimana Perluasan Wilayah Daulah Bani Umayyah?
F.      Bagaimana Kemunduran Daulah Bani Umayyah?
G.    Bagaimana Analisis Pemerintahan Bani Umayyah?
III.    PEMBAHASAN
A.    Sistem Khalifah/Pemerintahan Bani Umayyah
Nama dinasti umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdul Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah quraisy pada masa jahiliyyah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdi Manaf selalu bertarung dan memperebutkan kekuasaan dan kedudukan.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb. Muawiyah disamping sebagai pendiri daulah Bani Umayyah juga sekaligus sebagai khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota pemerintahan Islam dari Kuffah ke Damaskus.
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchi heridetas(kerajaan turun-temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipudaya tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Ia bahkan mengangkat putranya, Yazid, menjadi putra Mahkota untuk menggantikannya sebagai Khalifah sepeninggalnya nanti. Ini berarti suksesi kepemimpinan berlansung secara turun-temurun yang diikuti oleh para pengganti Muawiyah. Dengan demikian ia mempelopori meninggalkan tradisi di Zaman Khulafa al-Rasyidin dimana Khalifah ditetapkan melalui pemilihan oleh umat. Lebih dari itu Muawiyah telah melanggar asas musyawarah yang diperintahkan oleh Al-Qur’an agar segala urusan diputuskan melalui musyawarah.

B.    Raja-Raja Daulah/Kerajaan Bani Umayyah
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun, dengan 14 orang khalifah.
NO    NAMA    MASA BERKUASA
1    Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan    661-681 M
2    Yazid ibn Mu’awiyah    681-683 M
3    Mua’wiyah ibnu Yazid     683-685 M
4    Marwan ibnu Hakam     684-685M.
5    Abdul Malik ibn Marwan     685-705 M
6    Al-Walid ibnu Abdul Malik    705-715 M
7    Sulaiman ibnu Abdul Malik    715-717 M
8    Umar ibnu Abdul Aziz     717-720 M
9    Yazid ibnu Abdul Malik     720-824 M
10    Hisyam ibnu Abdul Malik     724-743 M
11    Walid ibn Yazid     734-744 M
12    Yazid ibn Walid [Yazid III]     744 M
13    Ibrahim ibn Malik     744 M
14    Marwan ibn Muhammad     745-750 M
Dan para sejarawan mencatat bahwa para khalifah terbesar dari daulah Bani Umayyah ialah Muawiyah bin Abi Sufyan(661-680 M), Abdul Malik bin Marwan(685-705 M), Walid bin Abdul Malik(705-715 M), Umar bin Abdul Aziz(717-720 M), dan Hisyam bin Abdul Malik(724-743 M).
C.    Bagaimana Dinamika Sosial dan Politik Bani Umayyah
1.    Kondisi Sosial politik
a.    Awal Mula Konflik Politik dalam Islam
Ali hanyalah seorang Jendral dan seorang prajurit yang gagah berani. Muawiyah adalah seorang diplomat yang licik dan seorang politikus yang pintar. Dia memainkan kelicikan apabila keberanian bertarung tidak berhasil. Dengan cerdik dia memanfaatkan pembunuhan khalifah Utsman untuk menjatuhkan nama dan memperlemah khalifah Ali dan untuk membantu rencananya. Karena dia sendiri adalah orang yang paling licik pada waktu itu. Muawiyah menjalin persahabatan dan persekutuan dengan Amar, juga orang yang paling cerdik dan banyak akal pada saat itu. Karena gagal dalam menggunakan pedang, Muawiyah adan sekutunya menipu dan mengalahkan khalifah Ali dengan permainan kecerdikan dan kelicikan di dalam perang siffin.
Menarik untuk dicermati, konflik ini bermuara pada aktivitas pemberontakan yang berakibat pada terbunuhnya Khalifah Utsman di akhir kepemimpinannya. Ketika Ali menggantikan Utsman, umat Islam terfaksionalisasi menjadi beberapa kelompok, seperti kelompok ‘Aisyah r.a., kelompok Ali, dan kelompok Muawiyah yang pada waktu itu menjadi gubernur di Syam (Syria dan sekitarnya). Faksionalisasi ini pada gilirannya melahirkan pergumulan politik yang begitu tajam hingga beberapa periode khilafah di era Dinasti Umayyah.
b.    Perang Siffin dan Awal Politik Pembentukan Daulah Bani Umayyah
Sejarah Bani Umayyah tak dapat dilepaskan dari sejarah sebelumnya, yaitu krisis kepemimpinan yang melanda umat Islam pasca-terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan r.a. Sejarah mencatat bahwa setelah terbunuhnya khalifah Utsman, bibit konflik mulai muncul. Umat Islam mulai mengalami konflik internal antara beberapa faksi yang ada, seperti perang Jamal antara faksi ummum mu’minin Aisyah dan Zubair bin Awwam r.a. dengan faksi Ali. Konflik juga terjadi pada perang Shiffin antara Muawiyah dengan Ali.
Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Syiria yang yang sangat strategis. Ia menaruh ambisi untuk menjadi khalifah dan seperti seorang politisi berpengalaman yang mempertimbangkan kejahatan yang hebat supaya bisa memungkinkannya mencapai tujuan.
Hal tersebut menimbulkan peperangan sesama muslim yaitu antara angkatan perang Ali dengan pasukan Muawiyah di kota tua siffin, dekat sungai Eufrat pada tahun 37 H. Khalifah Ali bergerak dari kuffah memimpin 50.000 tentara untuk menumpas pemberontakan Muawiyah.
Kedua pasukan itu berhadapan di medan siffin. Khalifah Ali mau menghindari pertumpahan darah umat Islam dan mau menyelesaikan itu dengan jalan damai, karena penyesalan dengan jalan damai menemui kegagalan, pertempuran pun meletus. Pertempuran terjadi antara kedua laskar beberapa hari lamanya. Ali dengan keberanian pribadinya dapat membangkitkan semangat dan kekuatan laskarnya, sehingga kemenangan sudah membayang baginya.
Muawiyah mulai cemas dan kehabisan akal. Muawiyah telah terdesak kalah dengan 7.000 pasukannya terbunuh. Muawiyah yang cerdik, atas nasihat Amr bin Ash sekutunya yang cerdik, mengikatkan Al-Qur’an pada ujung tombak tentaranya, dan dengan demikian menuntut agar perselisihan itu diselesaikan menurut Al-Qur’an.
Tetapi Ali berusaha sungguh-sungguh mengobarkan semangat laskarnya meneruskan perjuangan, sehingga kemenangan yang hampir ditangannya itu sempurna. Tetapi seruan Ali tidak mendapat perhatian malah mereka memaksa Ali supaya mengmumkan bahwa peperangan dihentikan. Ali tidak dapat menahan dan terpaksa mengalah dan memgumumkan bahwa peperangan dihentikan.
Setelah pertempuran berhenti, diputuslah bahwa perselisihan itu harus diselesaikan oleh dua orang penengah sebagai wasit. Muawiyah mengagkat sahabatnya, Amr bin Ash yang cerdik untuk menjadi penengah dari pihaknya. Pihak Ali diwakili oleh Abu Musa al-Asy’ari.
Dalam tahkim tersebut khalifah Ali dan Muawiyah harus meletakkan jabatan dan pemilihan baru harus dilaksanakan. Abu Musa pertama kali menurunkan Ali sebagai khalifah. Akan tetapi, Amr bin Ash berlaku sebaliknya, tidak menurunkan Muawiyah tetapi justru mengangkat Muawiyah menjadi khalifah karena Ali telah diturunkan oleh Musa. Peperangan Siffin yang diakhiri dengan tahkim(arbitrasse), yakni perselisihan yang diselesaikan oleh dua orang penengah sebagai pengadil. Namun ternyata tidak menyelesaikan masalah, kecuali menegaskan bahwa gubernur yang makar itu mempunyai kedudukan yang setingkat dengan khalifah dan meyebabkan lahirnya golongan khawarij, yaitu orang-orang yang keluar dari barisan pendukung Ali yang berjumlah kira-kira 12000 orang.
Peristiwa tahkim tersebut tidaklah menguntungkan Ali karena hal tersebut menimbulkan pecahnya kaum muslimin menjadi sekte-sekte, sehingga kepemimpinan Ali semakin lemah dan Muawiyah semakin kuat.
Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H(660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota khawarij. Kemudian kedudukan Ali sebagai khalifah dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Muawiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian itu dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, dibawah Muawiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H/661 M yaitu tahun persatuan itu dikenal dalan sejarah sebagai tahun jamaah(‘am jamaah).  Muawiyah menerima kekhilafahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, antara lain:
1.    Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap seorangpun penduduk Irak
2.    Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka
3.    Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun
4.    Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husein 2 juta dirham
5.    Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada bani Abdi Syams.
Dengan demikian berakhirlah masa al-khulafa’ ar-Rasyidin dan dimulailah kekuasaan daulah bani Umayyah dalam sejarah politik. Inilah awal politik pembentukan Daulah Umayyah.
2.    Administrasi negara
Dalam menjalankan pemerintahannya, Khalifah Dinasti Umayyah dibantu oleh beberapa al-Kuttab (sekretaris) yang meliputi :
a.    Katib ar-Rasail yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat dengan pembesar-pembesar setempat.
b.    Katib al-Jund yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan hal-hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
c.    Katib asy-Syurthah yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
d.    Katib al-Qadhi yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.

D.    Apa Saja Kemajuan yang di Capai Bani Umayyah
Adapun kemajuan-kemajuan yang diraih Bani Umayyah diantaranya adalah :
a.    Bidang Politik dan Pemerintahan
Pada masa Dinasti Umayyah, pusat pemerintahan dari Madinah dipindahkan ke Damaskus. Keputusan ini berdasarkan pada pertimbangan politis dan keamanan. Karena letaknya jauh dari Kufah, pusat kaum Syi’ah, dan juga jauh dari Hijaz, tempat tinggal Bani Hasyim. Lebih dari itu, Damaskus yang terletak di wilayah Syam (Suriah) adalah daerah yang berada di bawah genggaman Mu’awiyah selama 20 tahun sejak dia diangkat menjadi gubernur di distrik ini sejak zaman Khalifah Umar bin al-Khattab.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Khalifah Dinasti Umayyah dibantu oleh beberapa al-Kuttab (sekretaris) yang meliputi :
e.    Katib ar-Rasail yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat dengan pembesar-pembesar setempat.
f.    Katib al-Jund yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan hal-hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
g.    Katib asy-Syurthah yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
h.    Katib al-Qadhi yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
Kemudian, Mu’awiyah juga memisahkan antara urusan keuangan dan urusan pemerintahan. Dia mengangkat seorang gubernur di setiap provinsi untuk melaksanakan pemerintahan. Akan tetapi, untuk memungut pajak, di masing-masing provinsi diangkat seorang pejabat khusus dengan gelar Shahib al-Kharraj. Pejabat ini terikat dengan gubernur, dan diangkat oleh khalifah. Dalam masalah keuangan, gubernur harus menggantungkan dirinya pada Shahib al-Kharraj, dan hal ini membatasi kekuasaannya. Demikianlah Mu’awiyah mengembangkan keadaan yang teratur dari kekacauan.
Dari deskripsi diatas dapat kita ketahui bahwa jenis atau pola pemerintahan terdahulu mulai berubah sejak zaman Mu’awiyah. Mu’awiyah bermaksud mengikuti gaya pemerintahan monarki di Persia dan Bizantium. Ia tetap memakai istilah khalifah, namun memberi interprestasi baru. Ia menyebut dirinya “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah. Menurut beberapa ahli sejarah, pola pemerintahan yang dipakai pada masa Bani Umayyah adalah Otokrasi. Walaupun telah berbentuk kerajaan, Bani Umayyah tetap membuktikan eksistensinya dengan terus membuat kemajuan-kemajuan.
b.    Bidang Militer dan Ekonomi
Pemindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru dengan menggesernya untuk selama-lamanya dari pusat Arabia, yakni Madinah yang merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang kosmopolitan. Dari kota inilah daulah Umayyah melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab.
Ekspansi yang berhasil dilakukan pada masa Mu’awiyah antara lain ke wilayah-wilayah: Tunisia, Khurasan sampai ke sungai Oxus, Afganistan sampai ke Kabul, serangan ke ibukota Bizantium (Konstantinopel). Kemudian ekspansi ke timur dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik yang berhasil menaklukkan Balkh, Sind, Khawarizm, Fergana, Samarkand, dan India. Ekspansi ke barat dilanjutkan pada masa al-Walid ibn Abdul Malik dengan mengadakan ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju barat daya, benua Eropa. Wilayah lainnya yang berhasil ditaklukan adalah al-Jazair, Maroko, ibukota Spanyol (Kordova), Seville, Elvira, dan Toledo. Di zaman Umar ibn Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Perancis. Selain itu, wilayah kekuasaan Islam meliputi Spanyol, Afrika Utara, Siria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, dan sebagian Asia Tengah.
Mu’awiyah mendirikan dinas pos, menertibkan angkatan bersenjata, mencetak mata uang, dan jabatan Qadhi (hakim) mulai berkembang menjadi profesi sendiri. Abdul Malik ibn Marwan adalah khalifah yang pertama kali membuat mata uang dinar dan menuliskan di atasnya ayat-ayat al-Qur’an.
Sejumlah uang emas dan perak pernah dicetak sebelumnya pada masa ’Abd al-Malik, tapi cetakan itu hanyalah tiruan dari mata uang Bizantium dan Persia. Selanjutnya pada tahun 695-M, ’Abd al-Malik mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni hasil karya orang Arab. Wakilnya di Irak, al-Hajjaj, mencetak uang perak di Kufah pada tahun berikutnya.
c.     Bidang Sosial dan Budaya
Pada masa Dinasti Umayyah, orang-orang muslim Arab memandang dirinya lebih mulia dari segala bangsa bukan Arab (Mawali). Orang-orang Arab memandang dirinya “sayyid” (tuan) atas bangsa bukan Arab, seakan-akan mereka dijadikan Tuhan untuk memerintah. Sehingga antara bangsa Arab dengan negeri taklukannya terjadi jurang pemisah dalam hal pemberian hak-hak bernegara.
Masyarakat pada masa Dinasti Umayyah terbagi ke dalam empat kelas sosial. Kelas tertinggi biasanya diisi oleh para penguasa Islam, dipimpin oleh keluarga kerajaan dan kaum aristokrat Arab. Kelas sosial kedua adalah para muallaf yang masuk Islam melalui pemaksaan sehingga negara mengakui hak penu mereka sebagai warga muslim. Kelas sosial ketiga adalah anggota sekte dan para pemilik kitab suci yang diakui, yang disebut ahl al-dzimmah, yaitu orang Yahudi, Kristen dan Saba yang telah mengikat perjanjian dengan umat Islam. Selanjutnya, kelas paling rendah dalam masyarakat adalah golongan budak. Meskipun perlakuan terhadap budak telah diperbaiki, tetapi dalam prakteknya mereka tetap menjadi penduduk kelas rendah.
Khalifah Dinasti Umayyah banyak yang bergaya hidup mewah dan sama sekali berbeda dengan para khalifah sebelumnya. Meskipun demikian, mereka tidak pernah melupakan orang-orang lemah, miskin dan cacat. Pada masa tersebut dibangun berbagai panti untuk menampung dan menyantuni para yatim piatu, faqir miskin dan penderita cacat. Untuk orang-orang yang terlibat dalam kegiatan kemanusiaan tersebut mereka digaji oleh pemerintah secara tetap.
Selama periode kekuasaan Dinasti Umayyah, dua kota Hijaz, Mekah dan Madinah, menjadi tempat berkembangnya musik, lagu dan puisi. Sementara itu, kota kembar di Irak, Bashrah dan Kufah, berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual di dunia Islam. Di sini, kajian ilmiah tentang bahasa dan tata bahasa Arab telah dimulai. Motif awalnya adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan bahasa para pemeluk agama Islam baru yang ingin mempelajari Al-Qur’an, menduduki posisi pemerintahan, dan bisa berinteraksi dengan para penakluk. Di samping itu, kesenjangan yang besar antara bahasa klasik Al-Qur’an dengan bahasa Suriah, Persia dan bahasa serta dialek lain menjadi pemicu munculnya minat pengkajian bahasa. Oleh karena itu, bukan suatu kebetulan jika perintis tata bahasa Arab legendaris Abu al-Aswad al-Duwali (wafat 688-M), berasal dari Baghdad.Di bidang kesastraan, muncul para penyair terkenal, seperti Umar ibn Abi Rabi’ah, Tuwais, Ibnu Suraih, dan Al-Garidh.
d.    Bidang Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan di masa ini mengalami perkembangan yang pesat, bahkan ilmu pengobatan mencapai kesempurnaannya di Arab. Khalid bin Yazid memperoleh kesarjanaan dalam ilmu kimia dan kedokteran, serta menulis beberapa buku tentang bidang itu.Khalid bin Yazid (wafat tahun 704-M atau 708-M) putra khalifah Dinasti Umayyah kedua, merupakan orang Islam pertama yang menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani dan Koptik tentang kimia, kedokteran, dan astrologi. Meskipun terbukti legendaris, mengasosiasikan penerjemahan itu kepada Khalid bin Yazid menjadi penting, karena hal itu membuktikan fakta bahwa orang Arab menggali tradisi ilmiah mereka dari sumber-sumber Yunani, dan dari sanalah mereka memperoleh tenaga penggeraknya.
Naskah-naskah astrologi dan kimia yang dinisbatkan kepada Ja’far al-Shadiq (700-M-765-M), seorang keturunan Khalifah ’Ali bin Abi Thalib, dan salah satu dari 12 imam Syi’ah, telah diragukan keasliannya oleh para sarjana modern yang kritis. Kenyataan paling tidak menyenangkan seputar kehidupan intelektual pada masa Dinasti Umayyah adalah bahwa ia tidak mewariskan kepada kita sumber-sumber berbentuk dokumen yang bisa dijadikan bahan kajian.
E.    Perluasan Wilayah Daulah Bani Umayyah
Kejayaan dinasti Umayyah ditandai dengan capaian ekspansinya yang sangat luas. Ekspansi masa dinasti Umayyah merupakan kelanjutan dan perluasan dari apa yang telah dicapai pada masa khulafah al-Rasyidin.
a.    Perluasan ke wilayah barat
Untuk mengembangkan kekuasannya Mu’awiyah berusaha mematahkan imperium Bizantium, dengan merebut kota konstatinopel. Karena dengan jatuhnya kota konstatinopel akan menyebabkan jatuhnya imperium Bizantium.
Untuk kepentingan ini Mu’awiyah mempersiapkan armadanya yang telah dilengkapi dengan persenjataan lengkap, bahkan armada Mu’awiyah jauh lebih besar dari armada Bizantium yang bermarkas di pantai Lycia. Maka mulailah bertolak armada Mu’awiyah, setiap pulau yang dilewati di laut tengah berhasil ditaklukan satu persatu seperti pulau Rhodes, pulau Kreta, dan juga diserangnya pulau-pulau sisilia dan pulau-pulau Arwad. Kemudian Mu’awiyah terus bertolak untuk mengepung konstatinopel. Ketika itu tentara muslimin dipimpin oleh Yazid bin Mu’awiyah dan didampingi oleh Abu Ayub al-Anshar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar dan Banu Abbas. Meskipun penyerangan terus dilakukan oleh pasukan Islam, tampaknya saat itu pasukan Bizantium sangat tangguh. Pada tahun 677 M, Mu’awiyah memutuskan untuk menghentikan serangan dan berdamai dengan Bizantium setelah pasukan Islam mengalami kekalahan.
Pada masa khalifah Sulaiaman bin abdul malik juga berusaha untuk merebut kota konstatinopel kembali namun tetap gagal. Sehingga penyerangan diarahkan ke wilayah lain:
1)    Penaklukan di Afrika utara
Pada tahun 681 M M Uqbah bin nafi memimpin ekspansi besar-besaran ke barat sampai mencapai atlantik. Tetapi dalam perjalanan pulang dia disergap dan dibunuh oleh kepala suku Barbar Kusaylah dan Kahina. Olah karena itu pasukan kaum muslimin mengundurkan diri.
Ketika jabatan khalifah dipegang oleh Abdul Malik, bani Umayyah mulai bangkit kembali. Abdul malik mengirimkan pasukan yang besar dibawah pimpinan Hasan Ibnu Mu’man al-Ghasani(689 M). Mereka berhasil mengusir Romawi dari Afrika Utara.
2)    Ekspansi ke spanyol
Ekspansi pasukan Islam ke Spanyol ini melalui beberapa tahap. Pada bulan juli 710 M sebanyak 900 orang melakukan penyelidikan dan penelitian untuk mendapatkan laporan-laporan mengenai kekuatan mereka. Pada tahun berikutnya, Tariq bin Ziyad berhasil menyeberangi selat tersebut dengan kekuatan 7000 orang, kebanyakan suku Barbar. Selain itu pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Roderick pada bulan juli tahun 717 M.
Setelah kemenangan itu tariq berhasil menguasai spanyol, seperti Cordova, Granada, dan Toledo. Selanjutnya pasukan pasukan tariq dan Musa melanjutkan perjalanan ke utara dan berhasil menguasai Barcelona dan Saragosa. Daerah-daerah Aragon dan Castilia pun berhasil ditaklukan.
b.    Perluasan ke wilayah timur
Penaklukan ke wilayah timur juga mendapatkan hasil yang cukup gemilang. Diantara penaklukan ke wilayah timur adalah ke daerah Sind. Sind adalah negeri yang melingkari sungai Sind(Indus) membentang dari Iran sampai pegunungan Himalaya.
F.    Kemunduran Daulah Bani Umayyah
Sepeninggal hisyam bin Abdul Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini memperkuat golonga oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:
1.    Sistem pergantian khalifah melaului garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
2.    Latar belakang terbentuknya dinasti Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa khawarij dan syiah terus menjdai oposisi baik secara terbuka dimasa awal dan akhir maupun secara sembunyi seperti dimasa pertengahan Bani Umayyah. Penumpasa terhadap gerakan-gearakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3.    Pada masa bani Umayyah pertentangan etnis antara suku ArabiaUtara dan Arabia Selatan yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk mengalang dana persatuan dan kestuan.
4.    Lemahnya pemerintahan Bani Umayyah juga disebabkan olah sikap hidup mewah dilimgkunngan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5.    Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah dalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abdul Mutholib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari bani hasyim dan golongan syi’ah dan kaum mawali yang merasa dikelasduakan oleh pmerintah Bani Umayyah.



G.     Analisis Pemerintahan Bani Umayyah
Daftar khalifah bani umayyah:
No     Tahun     Nama khalifah    Sistem pemerintahan    Kemajuan Daulah Islamiyah
                Keilmuan    Politik dan sosial    Ekonomi dan pajak    Pertahanan    pertanian    Teknologi dan industri
1.    661-681 M    Muawiyah ibn Abi Sufyan     Monarchi absolut    -        jabatan hakim berkembang menjadi profesi
    memindahkan ibu kota umat Islam ke damaskus
    menggabungkan beberapa provinsi
    membentuk semacam petugas protokoler
    mendirikan dinas pos        mencetak mata uang sendiri
    pembentukan diwan al-Kharaj tentang perpajakan
        membentuk angkatan bersenjata    -        Pengembangan angkatan laut
2.    681-683 M    Yazid ibn Muawiyah     Monarchi absolut    -    -    -    -    -    -
3.    683-684 M    Muawiyah ibn Yazid     Monarchi absolut    -    -    -    -    -    -
4.    684-685 M    Marwan ibn Al-Hakam     Monarchi absolut    -    -    -    -    -    -
5.    685-705 M    Abdul Malik ibn Marwan     Monarchi absolut        Menyusun buku tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam al-Kitab        menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi
    membangun panti-panti untuk orang cacat
    membangun jalan-jalan raya
    mendirikan masjid-masjid yang megah
    membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The Dame Of The Rock”        mengganti uang Bizantium dengan uang arab
    membuat mata uang dinar dan menuliskan di atasnya ayat-ayat al-Qur’an
    mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni    -        pembangunan bebrapa irihasi
    berkembangnya gandum, padi, tebu, jeruk, kapas dan sebagainya.
        kemajuan pada industry kulit dan tenun

6.    705-715 M    Al-Walid ibn Abdul Malik     Monarchi absolut    -        melakukan pembangunan besar-besaran        mata uang arab yang telah dibakukan    -    -    -
7.    715-717 M    Sulaiman ibn Abdul Malik     Monarchi absolut    -        pembangunan mega raksasa yang terkenal dengan Jami’ul Umawi
    -    -    -    -
8.    717-720 M    Umar Ibn Abdul Aziz     Monarchi absolut        membukukan hadits
    berkembangnya ilmu kedokteran        banyak perbaharuan di bidang pemerintahan
    menjalin hubungan baik dengan syi’ah
    mensejajarkan kedudukan mawali dengan muslim arab    -        melakukan banyak perluasan wilayah    -    -
9.    720-724 M    Yazid ibn Abdul Malik     Monarchi absolut    -    -    -    -    -    -
10.    724-743 M    Hisyam ibn Abdul Malik     Monarchi absolut        kebudayaan dan kesusastraan Arab     -        perdagangan        ahli strategi militer
    pemulihan keamanan dan kemakmuran    -    -
11.    743-744 M    Walid ibn Yazid     Monarchi absolut    -        melipatkan sejumlah bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta dan orang-orang lanjut usia
    -    -    -    -
12.    744 M    Yazid ibn Walid (Yazid III)     Monarchi absolut    -    -    -    -    -    -
13.    744 M    Ibrahim ibn Malik     Monarchi absolut    -    -    -    -    -    -
14.    745-750 M    Marwan ibn Muhammad     Monarchi absolut    -    -    -        berhasil menumpas beberapa pemberontakan    -    -

IV.    KESIMPULAN
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb. Muawiyah disamping sebagai pendiri daulah Bani Umayyah juga sekaligus sebagai khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota pemerintahan Islam dari Kuffah ke Damaskus.
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchi heridetas(kerajaan turun-temurun).
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Dan para sejarawan mencatat bahwa para khalifah terbesar dari daulah Bani Umayyah ialah Muawiyah bin Abi Sufyan(661-680 M), Abdul Malik bin Marwan(685-705 M), Walid bin Abdul Malik(705-715 M), Umar bin Abdul Aziz(717-720 M), dan Hisyam bin Abdul Malik(724-743 M).
Awal mula politik bani Umayyah ditandai dengan konflik perang siffin antara Mua’wiyah dan Ali bin Abi Thalib. Pada peperangan ini dimenangkan oleh pihak Ali namun dengan kecerdikan Mua’wiyah dan Amr bin Ash pemerintahan dapat mereka rebut. Selain itu dengan adanya perang siffin tersebut telah memecah pendukung Ali menjadi dua yaitu syi’ah dan khawarij.
Namun diluar konflik politik tersebut. Bani Umayyah dapat mencapai kemajuan-kemajuan pada bidang pemerintahannya antara lain dalam bidang ilmu pengetahuan, sosial dan politik, perluasan wilayah dan lain-lain.

V.    PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.





DAFTAR PUSTAKA
Amin, Syamsul Munir , Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:Amzah, 2010)
Fu’adi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), cet 1
Mahmuddunnasir, Syed, Islam konsepsi dan Sejarahnya ,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2005)
Syukur, fatah, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang:PT. Pustaka Rizki Putra, 2010)
http://tonnyfaradizza.blogspot.com/2012/12/peradaban-islam-pada-masa-bani-umayyah.html
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar